sebutkan dan jelaskan dampak dari kerusuhan 13 - 14 mei 1998
Sejarah
anntrwhynt6831
Pertanyaan
sebutkan dan jelaskan dampak dari kerusuhan 13 - 14 mei 1998
1 Jawaban
-
1. Jawaban ronald42
6 Fakta Penting dari Kerusuhan 13-14 Mei 1998
Oleh Sunariyah pada 12 Mei 2016, 19:05 WIB
Liputan6.com, Jakarta - Hujan peluru pecah di udara lingkungan Kampus Trisakti, Jakarta Barat, sore itu. Ribuan mahasiswa terkesiap dan tiba-tiba 4 di antaranya roboh bersimbah darah.
Peluru-peluru pasukan polisi dan tentara yang dtugaskan menghalau protes mahasiswa pada 12 Mei 1998 itu, berhasil menembus tubuh Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Keempat mahasiswa itu pun gugur dalam aksi damai menentang pemerintahan Soeharto.
Bak bensin bertemu api, gugurnya ke-4 mahasiswa itu langsung membakar kemarahan seluruh mahasiswa di penjuru Tanah Air. Protes terhadap Soeharto, yang baru saja dilantik kembali menjadi presiden untuk ketujuh kalinya, meluas hingga hampir di seluruh daerah di Indonesia.
Pada 14 Mei 1998, kerusuhan dan penjarahan melanda Ibu Kota negara, yang menyebabkan banyak WNI etnis Tionghoa mengungsi ke luar negeri.
BACA JUGA
Mahasiswa Peringati 18 Tahun Tragedi Trisakti di Depan Istana
Ibu Korban Tragedi Trisakti: Putra Saya Tak Boleh Mati Sia-sia
Prasasti Peringatan Tragedi Mei 1998 Diresmikan
Krisis ekonomi, politik, sosial, dan bahkan budaya yang diwarnai protes besar-besaran mahasiswa di hampir seluruh kampus di Indonesia, mendesak Presiden Soeharto yang saat itu tengah menghadiri sebuah konferensi di Kairo, Mesir, mempercepat lawatannya. Pada 15 Mei, Soeharto tiba di Tanah Air.
Kerusuhan dan penjarahan masih berlangsung. Tercatat sekitar 500 orang tewas menjadi korban. Evakuasi warga asing pun dilakukan.
Pada 18 Mei 1998 Ketua MPR/DPR Harmoko meminta Presiden Soeharto mundur. Tak digubris, mahasiswa pun menduduki atap gedung MPR/DPR hingga pada 21 Mei, Soeharto mengumumkan mundur dari kursi presiden yang yang telah dikuasainya selama 31 tahun.
Untuk mengungkap fakta, pelaku, dan latar belakang Tragedi Mei, pemerintah membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang terdiri dari unsur-unsur pemerintah, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), LSM, dan organisasi kemasyarakatan lain. Tim ini dibentuk pada 23 Juli 1998, dan bekerja hingga 23 Oktober 1998. TGPF dipimpin Marzuki Darusman.
Berikut 6 hal yang perlu diketahui dari kerusuhan Mei 1998 berdasarkan temuan TGPF:
1 of 4
Tragedi Trisakti 12 Mei 1998
1. Penembakan Mahasiswa
Kerusuhan Mei 1998 dipicu kondisi ekonomi, politik, dan sosial saat itu. Sebelum kerusuhan Mei meletus, Indonesia baru saja selesai menggelar Pemilu 1997 yang berujung pada diangkatnya kembali Soeharto sebagai presiden untuk ketujuh kalinya.
Krisis moneter juga tengah melanda Indonesia saat itu. Nilai tukar rupiah terhadap dolar di luar akal sehat, harga-harga kebutuhan pokok melonjak tajam, utang negara di IMF dan Bank Dunia menumpuk.
Pada 4 hingga 8 Mei 1998, pemerintah membuat kebijakan menaikkan harga minyak 70 persen dan 300 persen untuk biaya listrik. Sementara korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) semakin merajalela. Hal ini membuat rakyat Indonesia marah, dan mulai menggelar demonstrasi melawan dan menuntut pemerintah melakukan reformasi.
Pada 12 Mei 1998, mahasiswa dari sejumlah kampus yang berkumpul di Universitas Trisakti mendesak berdemonstrasi di luar kampus. Tapi hal ini ditanggapi dengan tembakan peluru aparat yang menyebabkan 4 mahasiswa Trisakti tewas.
Keesokan harinya kerusuhan besar pecah, terjadi penjarahan, perusakan, pembakaran, kekerasan seksual, penganiayaan, pembunuhan, penculikan, dan intimidasi yang berujung pada munculnya teror, sehingga pada 21 Mei 1998, Soeharto pun mengundurkan diri.
2 of 4
Provokasi dan Penjarahan
2. Munculnya Provokator
TGPF menemukan, kerusuhan 13–15 Mei 1998 mempunyai pola umum yang dimulai dengan berkumpulnya massa pasif, terdiri dari massa lokal dan massa pendatang yang tidak dikenal.
Kemudian muncul sekelompok provokator yang memancing massa dengan berbagai modus tindakan seperti membakar ban atau memancing perkelahian, meneriakkan yel-yel yang memanas