tujuan politik expansi penambahan senopati di mataram

tujuannya adalah
Lengkapnya Panembahan Senopati Ing Ngalogo, raja pendiri dinasti Mataram yang berkuasa antara tahun 1584 dan 1601. Semasa kecil ia bernama Sutawijaya, dan terkenal juga dengan nama Raden Ngabehi Loring Pasar atau Senopati. Sepeninggal ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, pada tahun 1584 dan setelah menerima pengangkatan dari Sultan Pajang sebagai petinggi Mataram, Senopati meneruskan pembangunan dan politik konsolidasi ayahnya. Ki Juru Mertani, paman Senopati, diangkat menjadi wakilnya. Ia melakukan banyak selamatan sebagai pesta politik dengan maksud memperkuat solidaritas di antara pengikutnya. Tembok yang besar mulai dibangun di sekeliling keraton. Ia memperluas daerah kekuasaannya dan memperoleh pengakuan dari Kedu dan Bagelen. Politik ekspansi Senopati kemudian tertuju kepada Jawa Timur, dilakukan tidak hanya karena kekayaan daerah pesisirnya, tetapi juga karena tradisi Majapahit yang masih sangat kuat, sehingga menaklukkan Majapahit akan menambah keagungan Panembahan Senopati. Ekspedisi militer pertama ditujukan ke Surabaya pada tahun 1589. Setelah Surabaya, serangan Mataram terhadap Madiun pada tahun 1590 dibantu oleh Demak dan Pajang. Penaklukkan ini mempunyai arti penting bagi Mataram, karena akhirnya memiliki kedudukan dan kewibawaan yang sejajar dengan Demak. Pada tahun 1591, Mataram berturut-turut menyerang Kediri dan Jipang. Kemudian mereka menyerbu Kediri dan pada tahun 1598 menggempur Tuban. Pati, yang merasa terhimpit akibat makin luasnya kekuasaan Mataram, memberontak pada tahun 1600, akan tetapi pemberontakan ini dapat dipadamkan. Panembahan Senopati menjalin hubungan persahabatan dengan Cirebon. Tahun 1601 Senopati meninggal dunia, di makamkan di Kotagede. Penggantinya, pemerintahan Sultan Agung melanjutkan politik ekspansinya dengan menyerang Batavia yang dikuasai VOC. Di Jakarta namanya diabadikan sebagai nama jalan di Kebayoran Baru Jakarta Selatan.