Sejarah

Pertanyaan

Buatlah cerita tentang sisa-sisa atau situs yang terkait dengan perang melawan penjajahan di lhokseumawe (aceh)!

1 Jawaban

  • 8 MARET menjadi hari istimewa bagi perempuan-perempuan di dunia, termasuk Aceh tentunya. Pada tanggal tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1977 menetapkan sebagai Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day)

    Penetapan hari perempuan internasional ini, mungkin bagi sebagian kita masih kurang familiar, namun dibagian lain hari ini menjadi momen sejarah bagi kebangkitan perempuan di dunia yang berakar pada perjuangan para buruh perempuan di awal abad XX.

    Dalam berbagai laman menyebutkan, Hari Perempuan Internasional tidak terlepas pada peristiwa yang terjadi 99 tahun silam, tepatnya pada 8 Maret 1917. Pada waktu itu kaum perempuan di Rusia untuk pertama kalinya diberikan hak suaranya oleh Pemerintah Rusia.

    Peristiwa ini dianggap sebagai sebuah keberhasilan bagi kaum perempuan, baik dalam bidang ekonomi, politik maupun sosial. Momen bahagia tersebut lantas dijadikan sebagai tonggak sejarah lahirnya Hari Perempuan Internasional.

    Peringatan Hari Perempuan Internasional itu sendiri di negara Barat sudah dirayakan pada tahun 1910-an dan 1920-an, tetapi kemudian menghilang. Perayaan ini dihidupkan kembali dengan bangkitnya feminisme pada tahun 1960-an.

    Kemudian pada 1975, PBB mengakui keberadaan Hari Perempuan Internasional dan mengampanyekan wanita di seluruh dunia untuk ikut merayakannya, sebagai bentuk kebangkitan kaum perempuan dunia.

    Lalu bagaimana dengan Aceh? Kebangkitan para perempuan Aceh sudah cukup lama, bahkan jauh hari sebelum PBB menetapkan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional. Kebangkitan perempuan Aceh untuk bisa berdiri “sejajar” dengan kaum laki-laki dalam banyak hal, termasuk berjuang membebaskan “nanggroe Aceh” dari penjajahan.

    Bagi saya, ada 10 perempuan hebat di Aceh, mereka itu yakni:

    Ratu Safiatuddin

    lukisan yang diyakini sebagai Ratu Safiatuddin. sumber_internet
    Sultanah Safiatuddin bergelar Paduka Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Tajul-’Alam Shah Johan Berdaulat Zillu’llahi fi’l-’Alam binti al-Marhum Sri Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Shah. Putri dari Sultan Iskandar Muda dan dilahirkan dengan nama Putri Sri Alam. Safiatud-din Tajul-’Alam memiliki arti “kemurnian iman, mahkota dunia.” Ia memerintah antara tahun 1641-1675. Diceritakan bahwa ia gemar mengarang sajak dan cerita serta membantu berdirinya perpustakaan di negerinya.

    Dalam catatan sejarah, sebelum ia menjadi sultana, Aceh dipimpin oleh suaminya, yaitu Sultan Iskandar Tsani (1637-1641). Setelah Iskandar Tsani wafat amatlah sulit untuk mencari pengganti laki-laki yang masih berhubungan keluarga dekat. Terjadi kericuhan dalam mencari penggantinya.

    Kaum Ulama dan Wujudiah tidak menyetujui jika perempuan menjadi raja dengan alasan-alasan tertentu. Kemudian seorang Ulama Besar, Nurudin Ar Raniri, menengahi kericuhan itu dengan menolak argumen-argumen kaum Ulama, sehingga Sultana Safiatuddin diangkat menjadi sultana.

    Sultanat Safiatuddin memerintah selama 35 tahun, dan membentuk barisan perempuan pengawal istana yang turut berperang dalam Perang Malaka tahun 1639. Ia juga meneruskan tradisi pemberian tanah kepada pahlawan-pahlawan perang sebagai hadiah dari kerajaan.

    Laksamana Malahayati

    Sosok Malahayati dalam lukisan karya Dede Eri Supria
    Laksamana Malahayati adalah Laksanama Laut pertama di Dunia ia merupakan salah satu diantara perempuan hebat dalam sejarah Indonesia. Nama aslinya Keumalahayati, putri dari Laksamana Mahmud Syah bin Laksamana Muhammad Said Syah.

    Selain dari ayahnya, Malahayati mendapat pendidikan akademi militer dan memperdalam ilmu kelautan di Baital Makdis, (pusat pendidikan tentara Aceh). Malahayati membentuk armada yang terdiri dari para janda yang suaminya gugur dalam pertempuran melawan Portugis. Dalam perkembangannya pasukannya tidak hanya terdiri dari para janda, tetapi gadis-gadis juga ikut bergabung.

    Armada ini dikenal dengan nama Inong Balee atau armada perempuan janda. armanada yang Pangkalannya berada di Teluk Lamreh Krueng Raya ini memiliki 100 kapal perang dengan kapasitas 400-500 o

Pertanyaan Lainnya